Postingan

Menampilkan postingan dengan label kematian Gatotkaca

Sejarah Penyebab Kematian Raja Drupada dan Wirata Dalam Perang Baratayudha

Gambar
Drupada adalah putra dari Prisata, raja Kerajaan Pancala. Sewaktu muda ia belajar bersama dengan Drona, seorang brahmanamiskin putra Baradwaja. Keduanya pun menjalin persahabatan akrab. Bahkan Drupada berjanji jika kelak ia menjadi raja menggantikan ayahnya, Drona akan diberinya sebagian dari wilayah Pancala. Drupada akhirnya benar-benar menjadi raja Pancala sepeninggal ayahnya. Sementara itu, Drona menikah dengan Krepi adik perempuan Krepa, seorang brahmana di Kerajaan Kuruatau Hastinapura. Drona yang telah menikah dengan Krepi dikaruniai seorang putra bernama Aswatama. Demi untuk mencukupi makanan istri dan anaknya yang masih kecil, Drona datang ke Pancala meminta Drupada menepati janji persahatannya dulu. Namun, Drupada justru menghina Drona dengan mengatakan kalau persahabatan hanya berlaku di antara orang-orang yang sederajat. Drona kecewa dan menetap di Hastinapura. Di sana ia menjadi guru para pangeran Korawadan Pandawa. Beberapa tahun kemudian, Drona mengirim para Korawa untuk

Sejarah Penyebab Kematian Raja Salya Dalam Perang Baratayudha

Gambar
Menjelang berakhirnya Baratayuda raja Salya diangkat menjadi panglima perang Astina. Pengangkatan itu telah menarik perhatian Pandawa mengingat kesaktian raja Mandaraka itu tidak ada tandingannya. Dia memiliki aji Candra birawa yang dapat menciptakan ribuan raksasa ganas pemangsa manusia. Konon apabila darahnya menciprat benda, maka benda itu akan menjadi raksasa. Dapat dibayangkan apabila banyak darah bercipratan, akan bermunculan pula raksasa-raksasa lain dan arena peperangan lainnya akan dipenuhi oleh makhluk-makhluk pemangsa itu. Menurut Kresna sekalipun Salya sakti tiada tanding gagah tak ada lawan, batinnya lebih menyayangi Pandawa. Berpihaknya kepada Kurawa karena terjebak kelicikan Sengkuni. Padahal semula ia akan membantu Pandawa. Untuk mengetahui rahasia kelemahannya, diutuslah nakula Sadewa menghadap Raja Salya. Tatkala nakula Sadewa menghadap Salya, dengan nada sedih si kembar berkata: “Duh, Paman Prabu, kedatangan hamba menghadap paduka, hanya untuk menyerahkan jiwa raga h