Sejarah Asal Usul Dewi Rukmini Dalam Mahabharata

Rukmini adalah putri sulung Prabu Bismaka / Arya Prabu Rukma, raja negara Kumbina dengan permaisuri Dewi Rumbini.


Ia mempunyai adik kandung bernama Arya Rukmana dan saudara lain ibu bernama Dewi Rarasati/Dewi Larasati putri Arya Prabu Rukma dengan Ken Sagupi seorang swarawati keraton Mandura.

PERTEMUAN RUKMINI DENGAN KRISHNA

Sang Kresna yang sedang berjalan-jalan di taman, mendapat kunjungan batara Narada yang berkata kepadanya bahwa calon istrinya, seseorang yang merupakan titisan Dewi Sri, telah turun ke dunia di negeri Kundina. Sedangkan Kresna yang merupakan titisan batara Wisnu harus menikah dengannya. Titisan Dewa Sri bernama Dewi Rukmini dan merupakan putri prabu Bismaka. Tetapi prabu Jarasanda sudah berkehendak untuk mengkawinkannya dengan raja Cedi yang bernama prabu Cedya.

Maka prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka dan beliau langsung berrembug dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Mereka takut untuk menghadapi Kresna karena terkenal sangat sakti. Kemudian Jarasanda memiliki sebuah siasat untuk memeranginya, yaitu dengan meminta tolong Yudistira dan para Pandawa lainnya untuk membantu mereka.

Kemudian utusan dikirim ke prabu Yudistira dan beliau menjadi sangat bingung. Di satu sisi adalah kewajiban seorang ksatria untuk melindungi dunia dan memerangi hal-hal yang buruk. Kresna adalah sahabat karib para Pandawa namun perbuatannya adalah curang dan harus dihukum. Kemudian ia setuju. Namun Bima marah besar dan ingin membunuh utusan Jarasanda tetapi dicegah Arjuna. Selang beberapa lama, mereka mendapat kunjungan duta prabu Kresna yang meminta bantuan mereka. Namun karena sudah berjanji duluan, Yudistira terpaksa menolak sembari menitipkan pesan kepada sang duta supaya prabu Kresna hendaknya tak usah khawatir karena beliau sangat sakti.

Lalu para Pandawa lima berangkat ke negeri Karawira tempat prabu Jarasanda berkuasa kemudian bersama para Korawa mereka menyerbu Dwarawati, negeri prabu Kresna.

Sementara itu Kresna sudah siap-siap menghadapi musuh, dibantu kakaknya sang Baladewa. Berdua mereka membunuh banyak musuh. Jarasanda, para Korawa, Bima dan Nakula dan Sahadewa pun sudah tewas semua. Prabu Yudistira dibius oleh Kresna tidak bisa bergerak. Kemudian Kresna diperangi oleh Arjuna dan hampir saja beliau kalah. Maka turunlah batara Wisnu dari surga.

Kresna sebagai titisan Wisnu juga berubah menjadi Wisnu, sementara Arjuna yang juga merupakan titisan Wisnu berubah pula menjadi Wisnu. Yudistira lalu siuman dan meminta Wisnu supaya menghidupkan kembali mereka yang telah tewas di medan peperangan. Wisnu setuju dan Beliau pun menghujankan amerta, lalu semua ksatria yang telah tewas hidup kembali, termasuk Jarasanda. Semuanya lalu datang ke pesta pernikahan prabu Kresna di Dwarawati.

PERNIKAHAN KRESNA DENGAN RUKMINI


Perkawinan Kresna dengan Rukmini dikenal dengan Narayana Maling atau Kresna Kembang. Perkawinan Kresna dengan Setyaboma yang dikenal dengan Kresna Pujangga atau Alap-alapan Setyaboma. Perkawinan Kresna dengan Jembawati sering diberi judul Narayana Krama.

Bismaka, raja Kumbina, mempunyai anak perempuan bernama Rukmini. Rukmini gadis cantik rupawan, sehingga banyak raja dan ksatria yang datang melamarnya. Namun lamaran itu belum diterima olehnya, sebab Rukmini jatuh cinta kapada Narayana yang sampai saat itu belum melamarnya.

Rukmini dilamar juga oleh Pendeta Drona melalui Drona jatuh cinta kepada Rukmini, putri Prabu Bismaka, raja Kumbina, hingga terbawa dalam mimpinya. (karya herjaka HS 1842/2008) raja Duryudana, tetapi Rukmini berkeberatan. Untuk menolak lamaran Duryudana, Rukmini mengajukan sayembara.

Bila Pendeta Drona dapat menjelaskan makna ungkapan “Sejatining Lanang” dan “Sejatining Wadon,” Rukmini sanggup diperisterinya. Rukmini berpendirian siapa yang mengerti makna ungkapan itu, itulah suaminya. Raja Bismaka mengumumkan pendirian Rukmini itu sebagai sayembara kepada semua pelamar, termasuk raja Duryodana.

Rukmana, anak raja Bismaka, disuruh memberi tahu kepada raja Duryudana di Ngastina. Setelah mendengar sayembara yang diminta oleh Rukmini, Pendeta Drona ingin menjelaskan ungkapan sayembara itu. Pendeta Drona berkata, bila ia berhasil mempersunting Rukmini, kerajaan Kumbina akan bersatu dengan Ngastina. Keluarga Pandhawa tidak akan minta bagian kerajaan Ngastina, karena hubungan persaudaraan mereka semakin erat.

Raja Duryudana amat senang, maka keinginan Pendeta Drona didukung sepenuhnya. Pendeta Drona diijinkan pergi ke Kumbina, sejumlah warga Korawa disuruh membantunya. Pendeta Drona dan warga Korawa datang di Kumbina. Mereka dipimpin oleh raja Duryudana.

Raja Bismaka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Patih Bisawarna, para menteri, hulubalang dan pembesar negara. Tengah mereka berbicara datanglah putra raja yang bernama Rukmana, kembali dari Ngastina dan Ngamarta.

Rukmana melapor bahwa telah menjalankan tugas perintah raja, memberi tahu tentang sayembara kepada raja Duryudana dan mengundang kehadiran keluarga Pandhawa. Tidak lama kemudian Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa datang menghadap raja. Arjuna tidak ikut hadir, karena bertugas menjaga negara.

Raja Bismaka memberitahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona. Raja berkata, Rukmini sanggup diperisteri Pendeta Drona, bila teka–tekinya tepat ditebak maknanya. Sebelumnya warga Pandhawa telah tahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona itu, maka kedatangan mereka telah membawa harta pesumbang berupa emas, ratna manikam dan pakaian kebesaran putri saja buatan Arjuna.

Setelah selesai penyambutan, raja Bismaka dan Yudhisthira masuk ke istana. Bima, Nakula dan Sadewa diantar Rukmana ke balai peristirahatan. Mereka berjauhan dengan tempat tinggal warga Korawa. Kemudian Rukmana naik kuda memeriksa persiapan perhelatan, penghiasan istana dan kota sekitarnya.

Narayana berbincang-bincang dengan adiknya, Sumbadra. Sumbadra menyatakan kesedihan hatinya karena telah beberapa malam kakaknya selalu pergi sampai jauh malam. Narayana menjawab bahwa kepergiannya untuk berkunjung ke rumah para pegawai dan terhibur oleh macam-macam pertunjukan.

Setiap Narayana hendak pergi, menangislah Sumbadra. Narayana menghiburnya, berlagu tembang kawi, bercerita kecantikan bidadari dan cerita yang lain. Setelah Sumbadra lengah tertidur, pergilah Narayana ke Kumbina, sedng Udawa disuruh menjaga adiknya.

Bagawan Abyasa di Wukir Retawu, duduk di wisma Wiyatasasana, dihadap para siswa. Sang Bagawan sedang menguraikan Aji Jaya Kawijayan. Tiba-tiba Arjuna datang bersama panakawan. Arjuna menghormat, lalu menyampaikan berita tentang sanak saudara dan rencana perkawinan putri Kumbina. Diceritakan bahwa sanak saudara telah hadir di Kumbina, dan Arjuna ingin menyepi di Wukir Retawu.

Bagawan Abyasa tidak menyetujui sikap Arjuna itu. Disuruhnya Arjuna supaya menyusul ke Kumbina. Sang Bagawan yang bijaksana itu berkata, bahwa tidak lama lagi akan terjadi perang saudara. Arjuna terkejut mendengar kata sang bagawan, dikiranya akan terjadi perang Baratayuda. Ia mohon diri, Bagawa Abyasa merestuinya.

Arjuna dan panakawan meninggalkan pertapaan Wukir Retawu, menuju ke Kumbina. Di tengah hutan, mereka berjumpa dengan dua raksasa besar lagi dahsyat. Raksasa itu disuruh raja Wanasasomah untuk mencari dging manusia atas keinginan isteri raja yang hamil muda. Arjuna hendak ditangkap, sehingga terjadilah perkelahian hebat. Arjuna melepaskan panah, dua raksasa musnah, menjadi dewa Kamajaya dan bidadari Ratih. Arjuna datang menyembahnya.

Kamajaya memberi tahu tentang perang yang akan terjadi. Yang terjadi bukan perang Baratayuda, tetapi Pandhawa dan Korawa akan terlibat di dalamnya. Setelah berpesan, Kamajaya dan Ratih naik ke Kahyangan.

Setelah Narayana berhasil merebut negara Dwarawati dari kekuasaan Prabu Narasinga, dan menobatkan diri sebagai raja Dwarawati bergelar Prabu Sri Bathara Kresna, Dewi Rukmini diangkat menjadi permaisuri.

Dari perkawinan tersebut ia memperoleh 3 (tiga) orang putra masing-masing bernama: Saranadewa (berwujud raksasa), Partadewa dan Dewi Titisari/Sitisari, yang setelah dewasa menjadi isteri Bambang Irawan, putra Arjuna dengan Dewi Ulupi/Palupi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Asal Usul Dewi Madri Ibu dari Nakula dan Sadewa

Sejarah Asal usul Reog Ponorogo, Kesenian Jawa Timur