Sejarah Asal Usul Dewi Gangga Dalam Kisah Mahabharata
Gangga atau Ganges adalah nama seorang Dewi dalam agama Hindu yang dipuja sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa dengan air suci yang dicurahkannya.
Ia juga merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan air di dalam guci. Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan seseorang untuk mendapat keselamatan.
Banyak orang percaya bahwa hasil tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu. Orang-orang melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga; pencelupan itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju surga.
Menurut sastra Hindu, Dewi Gangga merupakan ibu asuh Dewa Kartikeya(Murugan), yang sebenarnya merupakan putera Siwa dan Parwati. Ia juga merupakan ibu Dewabrata (juga dikenal sebagai Bisma), yang merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati dalam Mahabharata.
Kadangkala dipercaya bahwa air sungai Gangga akan mengering pada akhir Kaliyuga(zaman kegelapan, zaman sekarang) bersama dengan sungai Saraswati, dan masa sekarang akan segera berakhir. Kemudian (siklus) zaman selanjutnya adalah Satyayuga atau zaman kebenaran.
KELAHIRAN DEWI GANGGA
Terdapat beberapa kepercayaan Hindu yang memberikan beragam versi mengenai kelahiran Gangga. Menurut salah satu versi, air suci di Kamandalu Brahma (kendi air) menjelma sebagai seorang gadis, bernama Gangga. Menurut legenda lain (legenda Waisnawa), Brahma dengan takzim mencuci kaki Wisnu dan mengumpulkan airnya dalam Kamandalu miliknya.
Menurut versi yang ketiga, Gangga merupakan puteri Himawan, raja gunung, dan istrinya, Mena; maka ia merupakan adik Dewi Parwati. Setiap versi mengatakan bahwa ia lahir di surga, di bawah asuhan Brahma.
TURUN KE BUMI
Seorang raja yang bernama Sagara dengan ajaib memiliki enam puluh ribu putra. Pada suatu hari, Raja Sagara melaksanakan upacara demi kemakmuran di kerajaan. Salah satu bagian terpenting dalam upacara tersebut adalah kuda, yang kemudian dicuri oleh Indra yang cemburu.
Sagara mengutus seluruh puteranya ke seluruh pelosok bumi demi mencari kuda tersebut. Akhirnya mereka menemukan kuda tersebut di dunia bawah tanah (Patala), tepat di depan Resi Kapilayang sedang bermeditasi.
Karena mereka menganggap bahwa sang resi yang telah mencuri kuda itu, mereka memaki sang resi sehingga sang resi merasa terganggu. Sang resi membuka mata untuk yang pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dan memandang para putra Sagara. Dengan tatapannya, seluruh putera Sagara terbakar dan meninggal.
Roh para putra Sagara gentayangan seperti hantu semenjak upacara terakhir bagi mereka tidak dilaksanakan. Ketika Bhagiratha, salah satu keturunan Sagara, putera Dilipa, mengetahui nasib tersebut, ia bersumpah akan membawa Gangga turun ke bumi sehingga airnya mampu membersihkan roh leluhurnya dan mengantar mereka ke surga.
Bhagiratha menyembah Brahma agar Gangga turun ke bumi. Brahma bersedia, dan ia menyuruh Gangga agar turun ke bumi kemudian menuju dunia bawah tanah sehingga roh para leluhur Bhagiratha dapat diterima di surga.
Gangga yang sombong merasa bahwa itu adalah penghinaan dan ia ingin menyapu seluruh isi dunia saat ia turun ke bumi. Dengan siaga, Bhagiratha menyembah Siwa agar mau mengatasi keangkuhan Gangga saat turun.
Gangga dengan congkak turun ke rambut Siwa. Namun dengan tenang Siwa berhasil menjebaknya dan membiarkannya keluar hanya lewat arus kecil. Kemudian sentuhan Siwa menyucikan Gangga.
Dalam perjalanan Gangga melewati dunia bawah tanah, ia sempat membuat aliran yang bercabang-cabang di muka bumi untuk menolong jiwa-jiwa malang yang ada disana.
Karena usaha Bhagiratha sehingga sungai Gangga turun ke bumi, sejak itu sungai tersebut juga dikenal sebagai Bhagirathi, dan istilah Bhagirath prayatna dipakai untuk melukiskan usaha yang berani atau hasil yang sulit.
Nama lain Gangga adalah Jahnawi. Kisahnya terjadi saat Gangga turun ke bumi, dalam perjalanannya mengikuti Bhagiratha, airnya yang deras mengakibatkan gelombang pasang dan menghancurkan halaman dan sadhana milik pertapa yang bernama Jahnu.
Ia marah karena hal tersebut dan meminum seluruh air Gangga. Atas hal ini, para dewa memuja-muja Jahnu agar membebaskan Gangga sehingga ia bisa menyelesaikan tujuannya. Karena berkenan dengan pujian para dewa, Jahnu mengeluarkan Gangga (airnya) dari telinganya. Semenjak itu kata "Jahnawi" (puteri Jahnu) ditujukan kepada Gangga.
Ia juga merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan air di dalam guci. Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan seseorang untuk mendapat keselamatan.
Banyak orang percaya bahwa hasil tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu. Orang-orang melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga; pencelupan itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju surga.
Menurut sastra Hindu, Dewi Gangga merupakan ibu asuh Dewa Kartikeya(Murugan), yang sebenarnya merupakan putera Siwa dan Parwati. Ia juga merupakan ibu Dewabrata (juga dikenal sebagai Bisma), yang merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati dalam Mahabharata.
Kadangkala dipercaya bahwa air sungai Gangga akan mengering pada akhir Kaliyuga(zaman kegelapan, zaman sekarang) bersama dengan sungai Saraswati, dan masa sekarang akan segera berakhir. Kemudian (siklus) zaman selanjutnya adalah Satyayuga atau zaman kebenaran.
KELAHIRAN DEWI GANGGA
Terdapat beberapa kepercayaan Hindu yang memberikan beragam versi mengenai kelahiran Gangga. Menurut salah satu versi, air suci di Kamandalu Brahma (kendi air) menjelma sebagai seorang gadis, bernama Gangga. Menurut legenda lain (legenda Waisnawa), Brahma dengan takzim mencuci kaki Wisnu dan mengumpulkan airnya dalam Kamandalu miliknya.
Menurut versi yang ketiga, Gangga merupakan puteri Himawan, raja gunung, dan istrinya, Mena; maka ia merupakan adik Dewi Parwati. Setiap versi mengatakan bahwa ia lahir di surga, di bawah asuhan Brahma.
TURUN KE BUMI
Seorang raja yang bernama Sagara dengan ajaib memiliki enam puluh ribu putra. Pada suatu hari, Raja Sagara melaksanakan upacara demi kemakmuran di kerajaan. Salah satu bagian terpenting dalam upacara tersebut adalah kuda, yang kemudian dicuri oleh Indra yang cemburu.
Sagara mengutus seluruh puteranya ke seluruh pelosok bumi demi mencari kuda tersebut. Akhirnya mereka menemukan kuda tersebut di dunia bawah tanah (Patala), tepat di depan Resi Kapilayang sedang bermeditasi.
Karena mereka menganggap bahwa sang resi yang telah mencuri kuda itu, mereka memaki sang resi sehingga sang resi merasa terganggu. Sang resi membuka mata untuk yang pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dan memandang para putra Sagara. Dengan tatapannya, seluruh putera Sagara terbakar dan meninggal.
Roh para putra Sagara gentayangan seperti hantu semenjak upacara terakhir bagi mereka tidak dilaksanakan. Ketika Bhagiratha, salah satu keturunan Sagara, putera Dilipa, mengetahui nasib tersebut, ia bersumpah akan membawa Gangga turun ke bumi sehingga airnya mampu membersihkan roh leluhurnya dan mengantar mereka ke surga.
Bhagiratha menyembah Brahma agar Gangga turun ke bumi. Brahma bersedia, dan ia menyuruh Gangga agar turun ke bumi kemudian menuju dunia bawah tanah sehingga roh para leluhur Bhagiratha dapat diterima di surga.
Gangga yang sombong merasa bahwa itu adalah penghinaan dan ia ingin menyapu seluruh isi dunia saat ia turun ke bumi. Dengan siaga, Bhagiratha menyembah Siwa agar mau mengatasi keangkuhan Gangga saat turun.
Gangga dengan congkak turun ke rambut Siwa. Namun dengan tenang Siwa berhasil menjebaknya dan membiarkannya keluar hanya lewat arus kecil. Kemudian sentuhan Siwa menyucikan Gangga.
Dalam perjalanan Gangga melewati dunia bawah tanah, ia sempat membuat aliran yang bercabang-cabang di muka bumi untuk menolong jiwa-jiwa malang yang ada disana.
Karena usaha Bhagiratha sehingga sungai Gangga turun ke bumi, sejak itu sungai tersebut juga dikenal sebagai Bhagirathi, dan istilah Bhagirath prayatna dipakai untuk melukiskan usaha yang berani atau hasil yang sulit.
Nama lain Gangga adalah Jahnawi. Kisahnya terjadi saat Gangga turun ke bumi, dalam perjalanannya mengikuti Bhagiratha, airnya yang deras mengakibatkan gelombang pasang dan menghancurkan halaman dan sadhana milik pertapa yang bernama Jahnu.
Ia marah karena hal tersebut dan meminum seluruh air Gangga. Atas hal ini, para dewa memuja-muja Jahnu agar membebaskan Gangga sehingga ia bisa menyelesaikan tujuannya. Karena berkenan dengan pujian para dewa, Jahnu mengeluarkan Gangga (airnya) dari telinganya. Semenjak itu kata "Jahnawi" (puteri Jahnu) ditujukan kepada Gangga.
Komentar
Posting Komentar